Aku, Hendi (nama yang dipaksakan rezim Orde Baru biar terkesan cinta Indonesia). Semua warga Tionghoa, bukan China diharuskan memakai nama Indonesia sebagai imbas dari meletusnya G30S. Peristiwa yang berpengaruh besar pada Tionghoa.
Nama asli ku Theng kok Teng, yang sampai detik ini tak pernah kuketahui artinya.
Aneh memang. Aku memang terlahir dari rahim ibu Tionghoa. Tetapi tidak pernah mengerti dan paham apa itu tradisi Tionghoa. Sebutan "Tionghoa Murtad"sering dialamatkan kepada diriku.
Sejak usia 13 tahun (kelas 6 SD) aku selalu bertanya pada mama dan guruku, kenapa tidak ada menteri dari kalangan Tionghoa. Mereka tidak pernah memberi jawaban yang memuaskan. Hanya jawaban tidak boleh. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini membuat diriku bercita-cita menjadi politisi, tentara. Orang tuaku selalu menertawakan cita-citaku ini.
Pencarian jawaban atas pertanyaan itu tidak pernah berhenti. Hingga SMA, selalu membayangkan berpakaian tentara AD. Begitu gagah menjadi Tionghoa pertama berseragam loreng. Semua berubah tatkala terjadi kerusuhan Mei 1998. Aku menjadi paham ketika bersentuhan dengan Tim Relawan untuk Kemanusiaan hingga terjun menjadi aktivis pelajar di sekolahku. Terjawab sudah pertanyaanku selama ini. Sebuah rezim kediktatoran yang membuat semua itu. Membuat batas-batas bagi orang Tionghoa yang hanya boleh bergerak di bidang ekonomi saja. Batasan-batasan inilah yang memicu konflik rasial.
Lima tahun dari peristiwa itu aku terus bergerak dalam pergerakan, tergabung dalam lembaga mahasiswa luar kampus. Bersama teman-teman membantu puluhan becak di Palembang, ratusan petani di Sumatera Selatan.
Hingga kini, anti rasial selalu terpatri dalam jiwaku. Aku ingin semua menjadi satu tanpa ada perbedaan warna kulit, agama, atau apapun.
"Si Tionghoa Murtad"
Amazon
Wednesday, December 10, 2008
Tentang Aku, Theng Kok Teng alias Hendi
Posted by TKT at 8:40 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 Comment:
hahahaha komentari diri sendiri
Post a Comment