Amazon

marketiva

Monday, April 27, 2009

Gedung Deputi Sumber Daya Perpustakaan



Terletak di Jalan Merdeka Selatan 11 Jakarta Pusat

Tahun Pemotretan : 2004
Fotografer : Supriatno

Gedung Sekretariat Utama dilihat dari utara



Gedung ini merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda, yaitu sekitar tahun 1920-an.

Tahun Pemotretan : 2004
Fotografer : Aristianto Hakim

edung Deputi I Perpustakaan Nasional RI





Tahun Pemotretan : 2002
Fotografer : Aristianto Hakim

Lahirnya Institusi Perpustakaan di Gedung Museum Nasional



Di Gedung Museum Nasional inilah lahirnya institusi Perpustakaan. Disinilah pada tahun 1778 oleh Bataviaasch Genoothschap van Kunsten en Wetenschappen dimulai suatu koleksi buku, majalah, peta, dokumen dan surat kabar local. Tahun 1962, Ibu Mastini Hardjoprakoso, MLS dipercaya mengelola Perpustakaan Museum Pusat. Oktober 1968 Perpustakaan Nasional mengadakan pameran koleksinya, saat itu Ibu Tien datang melihat pameran tsb. Ibu Negara prihatin dengan kondisi ruang –ruang penyimpanan koleksi seperti gedung yang lembab dan berdebu. Tahun 1971 Ibu Tien Soeharto sudah mendapat persetujuan dan dukungan dari Dewan Pengurus Yayasan Harapan kita untuk mewujudkan membangun suatu tempat yang wajar bagi koleksi nasional, majalah , monografi dan dokumen berharga lainnya. Ibu Negara sendirilah yang berupaya mencari tempat, saat melalui jalan Salemba Raya, Beliau jatuh hati pada suatu tempat yang sudah lama tidak terurus untuk dibangun sebuah gedung Perpustakaan Nasional
Sumber : Album No. 36 Koleksi Humas Perpusnas RI.


Tahun Pemotretan : 1988
Fotografer :

Gedung Utama Perpustakaan Nasional RI



Menyusul pembangunan Gedung Utama, Pembangunan Gedung Perpustakaan Nasional Blok B,C dan D masing-masing bertingkat 7, 9 dan 7 sudah selesai dibangun, keberadaan gedung tersebut masih dalam pengawasan Yayasan Harapan Kita dan belum diserahtterimakan ke Perpustakaan Nasional. November 1988

Sumber : Album No. 36 Koleksi Humas Perpusnas RI

Tahun Pemotretan : 1988
Fotografer :

Sejarah Perpustakaan Nasional RI





Foto Ilustrasi
Awalnya, Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak dicanangkan pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari empat perpustakaan besar di Jakarta.


Keempat perpustakaan tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, adalah:

- Perpustakaan Museum Nasional;
- Perpustakaan Sejarah, Politik dan Sosial (SPS);
- Perpustakaan Wilayah DKI Jakarta;
- Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan;

Walau secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981. Sampai tahun 1987 Perpusnas masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu di Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka Selatan 11 (Perpustakaan SPS) dan Jl. Imam Bonjol 1 (Museum Naskah Proklamasi). Sebagai kepala Perpustakaan Nasional adalah ibu Mastini Hardjoprakoso, MLS, mantan kepala Perpustakaan Museum Nasional.

Atas prakarsa Almarhumah Ibu Tien Suharto, melalui Yayasan Harapan Kita yang dipimpinnya, Perpustakaan Nasional memperoleh sumbangan tanah seluas 16,000 m² lebih berikut gedung baru berlantai sembilan dan sebuah bangunan yang direnovasi. Lahan yang terletak di Jl. Salemba Raya 28A, Jakarta Pusat, itu waktu jaman kolonial dulu pernah dipakai untuk lokasi Koning Willem III School (Kawedri), yakni sekolah HBS pertama di Indonesia. Bangunan sekolah inilah yang kemudian setelah direnovasi menjadi gedung utama yang digunakan untuk kantor pimpinan dan sekretariat. Gedung di sebelahnya yang berlantai sembilan berfungsi sebagai perpustakaan yang sebenarnya, di mana koleksi bahan pustaka tersimpan dan dilayankan untuk umum.

Dengan selesainya pengerjaan sebagian gedung baru maupun yang direnovasi di Jl. Salemba Raya 28A pada awal 1987, pimpinan dan staf dari tiga bidang (kecuali Bidang Koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru itu beserta segala perlengkapannya menyatukan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Pada usia Perpusnas yang ke-9, secara resmi kompleks itu dibuka yang ditandai dengan penandatanganan sebuah prasasti marmer oleh Presiden dan Ibu Tien Suharto pada tanggal 11 Maret 1989.

Namun, sejalan dengan peresmian kompleks tersebut, sebetulnya ada peristiwa lain yang tidak kalah pentingnya. Sejarah mencatat bahwa lima hari sebelumnya, tepatnya tanggal 6 Maret 1989, telah ditandatangani sebuah keputusan monumental oleh Presiden RI. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1989 ini menetapkan Perpustakaan Nasional, setelah digabung dengan Pusat Pembinaan Perpustakaan (pimpinan Drs. Soekarman, MLS) , menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kenaikan status kelembagaan ini juga berarti Perpusnas dilepas dari jurisdiksi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional), badan induknya yang telah membesarkannya sejak 1980. Ibu Mastini Hardjoprakoso masih dipercaya oleh Pemerintah untuk memimpin lembaga baru ini. Kenyataan ini sekaligus membuktikan komitmen Pemerintah di dalam menaikkan derajat perpustakaan (dan pustakawan) yang selama itu dirasakan selalu "dilupakan". Menurut catatan ketika penggabungan, jumlah koleksi berkisar di angka 600 ribu eksemplar, ditangani oleh sekitar 500 orang karyawan yang berlokasi di dua tempat terpisah, Jl. Salemba Raya 28A dan Jl. Merdeka Selatan 11. Saat ini (Desember 1999) jumlah koleksi diperkirakan 1,100,00 eks, dan jumlah karyawan 700 orang.

Dengan semakin bertambahnya beban tugas dan sejalan dengan kiat Perpusnas dalam menerapkan layanan prima kepada masyarakat, maka diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1997 tertanggal 29 Desember 1997. Keppres ini menyempurnakan susunan organisasi, tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional guna mengantisipasi era globalisasi informasi yang sudah kian mendekat. Di antara penyempurnaan tersebut adalah menciptakan jabatan deputi setingkat eselon Ib dan menaikkan status Perpustakaan Nasional Provinsi (d.h. Perpustakaan Daerah) menjadi eselon II. Melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, Hernandono, MA, MLS, menjadi kepala Perpusnas sejak Oktober 1998.

Perpustakaan Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

Biografi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan mengusung agenda "Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan Demokratis", mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi Presiden.

Presiden SBY, seperti banyak rakyat memanggilnya, lahir pada 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur. Seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian.. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik.

Susilo Bambang Yudhoyono meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jenderal TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad dimana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.

Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi Commander of United Nations Military Observers dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada 1995-1996.

Setelah mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, beliau mengalami percepatan masa pensiun maju 5 tahun ketika menjabat Menteri di tahun 2000. Atas pengabdiannya, beliau menerima 24 tanda kehormatan dan bintang jasa, diantaranya Satya Lencana PBB UNPKF, Bintang Dharma dan Bintang Maha Putra Adipurna. Atas jasa-jasanya yang melebihi panggilan tugas, beliau menerima bintang jasa tertinggi di Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipurna.

Sebelum dipilih rakyat dalam pemilihan presiden langsung, Presiden Yudhoyono melaksanakan banyak tugas-tugas pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pertambangan dan Energi serta Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan pada Kabinet Persatuan Nasional di jaman Presiden Abdurrahman Wahid. Beliau juga bertugas sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong-Royong di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada saat bertugas sebagai Menteri Koordinator inilah beliau dikenal luas di dunia internasional karena memimpin upaya-upaya Indonesia memerangi terorisme.

Presiden Yudhoyono juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan Pembina di Brighten Institute, sebuah lembaga kajian tentang teori dan praktik kebijakan pembangunan nasional.

Presiden Yudhoyono adalah seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah buku dan artikel seperti: Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005), Peace deal with Aceh is just a beginning (2005), The Making of a Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping with the Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan, sebuah antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur fasih bahasa Inggris.

Presiden Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat. Beliau menikah dengan Ibu Ani Herrawati dan mereka dikaruniai dengan dua anak lelaki. Pertama adalah Letnan Satu Agus Harimurti Yudhoyono, lulusan terbaik Akademi Militer tahun 2000 yang sekarang bertugas di satuan elit Batalyon Lintas Udara 305 Kostrad. Putra kedua, Edhie Baskoro Yudhoyono, mendapat gelar bidang Ekonomi dari Curtin University, Australia.

8 Februari 2006

Again, Win

Day XXXIII Italian Serie A: Milan 3 - 0 Palermo

Monday, 27 April 09, 09:28 AM · Comments (1)

After goleada against Torino, the Milan is due to repeated against Palermo to keep alive the flame of hope to return the fugitive Inter.

Ancelotti ranks with a 4-3-1-2: Dida, Flamini, Maldini, Favalli, Zambrotta, Beckham (Cardaci from 79 °), Pirlo, Ambrosini, Seedorf (Ronaldinho from 64 °), Kakà and Inzaghi (Shevchenko 67 ° ).

Ballardini, after the great victory with the Bologna, responds with a mirror 4-3-1-2, lining: Amelia (Ujkani from 64 °), Cassani, Kjaer, Bovo, Balzaretti, Migliaccio, Liverani, Nocerino (Hernandez 46 ° ), Simplicio, Miccoli (Mchedlidze from 57 °), Cavani.

AC Milan to a small part trot leaving the initiative to a Palermo tonic, but smoky, and, at the first restart serious, already the 10th in passing advantage, Cassani hits footing Ambrosini aircraft in flight, for the referee Rizzoli is strictly , pulls Kakà flying Amelia prosthesis in vain dive to his left.

la gioia dei rossoneri

The reaction of Palermo is ready but it is sterile and not very convinced, AC Milan continues to push up a whenever the opportunity presents, thanks to the speed of a Kakà, finally on the road to full recovery, and solid and always Beckham convincing, almost sank the second, the 19th, it was doubling, distributed over a zone ball left Ambrosini, who arrived near the summit of the area, a center bowl area where Inzaghi, all alone in small bags to head his goal number 150 with AC Milan.

la gioia di inzaghi

Palermo is the disunity and loses contact with the match, the rossoneri scoring touch again with Beckham who is all alone in area but shot, he unbelievably high on the street, with Kakà that one of its proverbial leaking up in area and is overwhelmed by a defender, but the referee over. The only answer is dangerous rosanero of a missile from outside the area that Miccoli is lost just at the right hand side of Dida.

Ballardini try to fix it in the changing rooms, leaving and entering Nocerino Hernandez, but his plans go up in smoke as early as the 48th when Bovo fallos stops progression of imperious Kakà second yellow and expulsion for the defender of Sicily.

The word end to the match, however, the referee wrote Rizzoli at 57 ° when a deduction, net, but very venial and Kjaer Gives second penalty to rossoneri, still beats flying Kakà Amelia choosing a central goal number 14 in the championship for the former golden ball which reaches as Pato rossonera markers in the ranking, 62 goals for Milan, which becomes the best attack in the series A.

esulta kakà

Join Ronaldinho and Shevchenko but now the game has nothing left to say, between now and the end is with the academy in Palermo 10, now definitely out of the match, and a Milan play soft without pay that sink over time.

With 19 points in the last 7 games off of the Milan Juventus 2 points by setting up the lone second place, and puts in the wake of the Inter lonely, it seems too late to cultivate ambitions but hope does not cost anything.

The best: in Milan Kakà and Beckham, the Palermo has been lacking as a team, nobody has played better or worse than others.


blogger templates | Make Money Online